Kamis, 12 Juni 2008

” Peran Orang Tua dalam Pendidikan dan Perkembangan Iman ”.



Keusukupan Agung Semarang ( KAS ) mengangkat/menjadikan tahun 2008 sebagai tahun Anak dan Remaja sebagai kelanjutan tahun keluarga pada 2007 yang lalu. Hal itu akan menegaskan bahwa peran anak dan remaja sangat penting bagi generasi penerus demi kelangsungan hidup rohani dan spiritual gereja kita. Karena merekalah sebagi pengemban tugas – tugas mengereja di masa yang akan datang. Sebagai bahan pertanyaan bagaimana peran keluarga dalam mendampingi dan mendidik perkembangan iman mereka ?
Seiring dengan perkembangan jaman dan waktu, kebanyakan orang tua di sejumlah kota besar dalam mendidik dan mendampingi keseharian anak – anaknya kurang bahkan sangat sedikit. Hal ini disebabkan oleh kesibukan dari orang tua dengan aktivitas / pekerjaan mereka yang hampir menyita / menghabiskan seluruh harinya. Bahkan seolah – olah peran orang tua yang seharusnya menjadi tanggung jawab penuh kedua orang tua telah tergantikan oleh pembantu ataupun famili, seperti kakek, neneknya. Jadi hampir tidak ada waktu lagi orang tua untuk selalu bisa mendampingi dan menemani hari – hari anaknya. Padahal masa kanak – kanak adalah masa dimana seorang anak benar – benar perlu membutuhkan pendampingan dan peran serta kehadiran orang tua dalam perkembangan iman spritual dan imosional anak. Di masa sekarang ini pengaruh akan lingkungan baik secara intern maupun ekstern juga sangat mempengarui akan perkembangan emosional anak, baik itu melalui pergaulan, media cetak maupun elektronika jika kita tidak bisa memilihkan menu yang tepat maka akan berakibat kurang baik bagi anak.
Jika tidak dipersiapkan secara dini maka kelangsungan kehidupan anak di masa yang akan datang akan mengalami kesulitan yang terasa memberatkan bagi anak itu sendiri. Menurut hasil pengamatan yang dapat kami saji, tingkat atau masa kesulitan seseorang dapat terjadi pada :
Masa – masa di bangku pendidikan ( Sekolah / Kuliah ) .

Dalam fase ini anak akan mulai megalami timbul adanya masalah atau sedikit merasakan adanya beban tentang kehidupan, walaupun tingkat kesulitan masalahnya kebanyakan berasal/bersumber dari dunia pendidikan, misalnya dengan banyaknya tugas – tugas di sekolah/kampus, tes/ujian. Baik itu dari tingkat pendidikan dasar, menengah maupun perguruan tinggi. Tidak jarang pula anak merasa bosan ataupun jenuh dengan kegiatan sehari – hari mereka yang hampir seluruh harinya tersita di sekolah/kampus. Dalam hal ini peran orang tua sangat perlu dalam memberi semangat dan motivasi, serta memberi pengertian bahwa pendidikan sebagai bekal kehidupan agar anak menjadi semangat lagi dalam menjalani tugas utama mereka dalam belajar.
Masalah juga akan timbul ketika anak lulus atau menyelesaikan pendidikannya dari satu tingkat pendidikan menuju ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi lagi. Yaitu ketika mereka memilih dan menentukan suatu sekolah untuk melanjutkan pendidikannya. Tidak jarang anak bingung bahkan menjadi setres, sekolah mana yang akan mereka pilih. Kita sebagai orang tua wajib ikut memilihkan sekolah mana yang harus dijadikan prioritas, walaupun akhirnya anaklah yang menjadi penentu terakhir, karena mereka yang akan menjalaninya.
Timbulnya rasa tertarik pada lawan jenis juga mulai muncul dalam tahap ini. Biasanya rasa seperti itu mulai ada ketika anak berada di tingkat pendidikan menengah pertama ( SMP ) yang akan berkelanjutan secara terus. Meskipun hubungan mereka hanya berawal dari cinta monyet, tetapi peran dan pengawasan orang tua sangatlah penting. Katena di msa – masa tersebut anak mengalami masa puber dan labil. Secara jasmani semua organ tubuh sudah berfungsi secara sempurna. Maka diperlukan pengawasan dan perhatian yang lebih dari orang tua, namun pengawasan tidak berarti orang tua posesif / mengekang terhadap anak, karena jika demikian tidak baik juga bagi perkembangan mental anak.

Mencari lapangan pekerjaan.

Setelah anak selesai menempuh pendidikan baik itu tingkat menegah atas ( SMK / SMA ) ataupun perguruan tinggi, masalah yang dihadapi mereka akan semakin bertambah banyak/ rumit lagi. Mereka sekarang tidaklah melulu dengan masalah pelajaran saja, tetapi sudah menyangkut masa depan dan karir. Mencari pekerjaan ataupun memilih pekerjaan yang tepat dan layak membutuhkan pemikiran yang ekstra banyak. Mereka juga akan mulai merasakan bagimana sulirnya mencari pekerjaan, kesana kemari melamar pekerjaan dan melaksanakan tes masuk kerja dalam suatu instansi ataupun perusahaan. Sebagai orangtua kita wajib mendukung/memotivasi, membantu dan mendoakan agar anak kita memperoleh pekerjaan yang layak.
Mencari pasangan hidup.

Orang jawa mengatakan orang tua sudah dikatakan “ selesai dan berhasil “ dalam mendidik anaknya jika anaknya sudah berkeluarga/menikah. Dalam memberi doa restu ketika anaknya memulai membangun bahtera kehidupan, seolah-olah ini menjadi tugas “ terakhir “ bagi orang tua.
Namun keprihatinan kebanyakan orang tua sekarang adalah takut jika anaknya mempunyai pacar atau pendamping hidup tidak seiman. Bahkan tidak jarang pula muda – mudi juga sering mengalami perang batin ketika dia mempunyai pacar tidak seiman, bahkan didalam hubungannya pun sering terjadi masalah karena mempertentangkan agamanya masing – masing. Dalam hal ini perang orang tua harus benar – benar tegas, karena orang tualah yang menjadi ” wasit ” terakhir demi kelangsungan kehidupan anaknya. Janganlah hanya gara – gara mendapat pacar yang berlainan agama bisa meninggalkan agamanya atau dengan kata lain menukarkan Tuhan –nya dengan hal – hal duniawi. Namun demikian pada prakteknya banyak sekali terjadi meninggalkan agamanya hanya karena ingin hidup bersama dengan orang yang ia cintai. Begitu pula dengan nasib banyak MUDIKA di sekitar kita meniggalkan Tuhan – nya demi mengikuti suami/istrinya. Dengan demikian jelaslah peran serta orang tua dalam menentukan kehidupan anaknya demi kebahagiaan di dunia dan kehidupan selanjutnya. Jangalah hanya karena mencari kebahagiaan sesaat mereka rela menukarkan dan meninggalkan Tuhan. Sekarang yang menjadi pertanyaan MAMPU & MAU kah kita sebagai orang tua menjadi ” Hakim ” terakhir bagi kebahagiaan abadi anak – anaknya ??.

Tidak ada komentar: